.png)
.png)

Pakaian adat suku bajo desa bajo mola


Pakaian adat Suku Bajo terdiri dari beberapa bagian, mulai kepala sampai ujung kaki, diantaranya dikenal dengan nama “Sarija“. Sarija adalah Busana Adat untuk kaum pria Bajo. Kata Sarija berasal dari bahasa Arab “Allibasul rijalu” yang bermakna pakaian kaum pria. Sarija terdiri dari sigar, kamas, saluar, dan bidah. Sedangkan untuk Badu (Pakaian) adat Suku Bajo untuk Kaum wanita dikenal dengan nama “Samara“. Samara adalah busana adat khas untuk Kaum Wanita Bajo. Kata Samara berasal dari bahasa Arab “Libasul mar’a” yang bermakna pakaian kaum wanita. Samara terdiri dari: Sigada, Kamada, Juada, dan Roktaha.
Maka dari itu, bagi suku Bajo, kepala adalah bagian terpenting dan terhormat dari tubuh manusia yang harus selalu dilindungi dan diperhatikan. Kebanyakan Suku Bajo dahulu memanjangkan rambutnya tapi tidak membiarkannya tergerai acak-acakan. Rambut biasanya digelung atau diikat dengan ikatan kain, yang saat ujung ikatan kain tersebut diikat dibelakang kepala bermakna filosofis berupa peringatan untuk mampu mengendalikan diri. Pria Bajo zaman dahulu hanya membiarkan rambutn-
ya tergerai pada saat berada di rumah atau dalam sebuah konflik, misalnya perang atau berkelahi. Membuka ujung ikatan kain di belakang kepala atau membuka tutup Kepala, berakibat tergerainya rambut, adalah bentuk terakhir dari luapan emosi yang sangat dahsyat dan tak tertahankan lagi. Jadi makna subtatasi dari Pakaian adat adalah perwujudan pengendalian diri.
RUMAH DI DESA BAJO MOLA
Rumah-rumah di Desa Bajo Mola ini disusun dari batu-batu karang di tengah laut kemudian mendirikan rumah panggung diatas nya. Biasanya di bawah rumah mereka terdapat budidaya ikan, udang, kepiting, dan cumi. Hal ini membuat para peneliti-peneliti ikan dipermudah untuk mengerjakan tugasnya. bahkan para mahasiswa perikanan juga sering mengunjungi tempat ini entah itu untuk meneliti atau hanya sekedar rekreasi.

Alat tradisional khas bajo mola
Suku Bajo memang istimewa karena keahliannya melaut. Mereka punya alat menangkap ikan yang agak berbeda, namanya rumpon. Kepiawaian Suku Bajo saat melaut tidak perlu diragukan lagi. Cara mereka menangkap ikan pun berbeda. Bukan dengan jala tapi dengan rumpon. Rumpon merupakan tumpukan bambu yang diikat menjadi satu. Rumpon berfungsi sebagai tempat berkumpulnya ikan-ikan kecil yang menjadi makanan ikan tuna. Karena bentuknya yang mengambang maka rumpon diikat dengan tali yang diberikan pemberat sampai ke dasar laut.

Saat malam tiba, nelayan yang berada di atas rumpon akan menyalakan lampu minyak. Ikan-ikan akan datang berkumpul di bawah rumpon karena tertarik dengan cahaya lampu. Setelah ikan berkumpul, nelayan Bajo akan memancing dengan menggunakan ririnta'. Ririnta' merupakan bahasa Bajo yang artinya alat pancing. Ririnta' bukan hanya menangkap satu ikan. Alat tersebut bisa memancing 10 ikan sekaligus. Hal ini dikarenakan mata pancingnya yang bercabang. Ikan ini juga tidak mengenal musim, jadi selalu ada sepanjang tahun.
Upacara adat suku bajo di desa bajo mola
Desa Bajo Mola yang berada di Pulau Wangi-Wangi, Sulawesi Tenggara ini sudah terbukti memiliki banyak spot yang dapat membuat semua orang terkesima. Tak hanya tempatnya saja, warganya pun memiliki banyak hal unik yang dapat kita temukan jika berkunjung ke Desa Bajo Mola ini. Namun keindahan Desa Bajo Mola tak sampai disitu saja, kawasan ini ternyata juga memiliki berbagai tradisi-tradisi adat yang menarik untuk kita ketahui.